Naik Feeder WiraWiri untuk Pertama Kali

Beberapa tahun lalu, aku menulis tentang naik Suroboyo Bus untuk pertama kali, setelah empat tahun beroperasi.

Kali ini, aku menulis tentang naik feeder WiraWiri untuk pertama kali. Kalau sekarang tahun 2024, sudah berapa tahun umur mobil pengumpan ini?

Ngetem di Terminal Joyoboyo


Sabtu, 21 September 2024, dari kabupaten plat AE aku naik bus Restu Panda menuju kota pahlawan. Ongkosnya masih 60ribu. Aku turun di Terminal Purabaya.

Untuk kesekian kalinya, aku naik Suroboyo Bus. Semakin familiar dengan moda transportasi ini, semakin nyaman. Kubayar dengan GoPay, 5ribu.



Sampai di Terminal Joyoboyo, aku turun, bersama seorang mahasiswi Unesa kampus Lidah Wetan. Dia kemudian memberitahu aku, bahwa di terminal ini kita bisa naik feeder WiraWiri untuk tujuan Surabaya Barat.

'Bayarnya pakai qris juga, Dik?' tanyaku.

'Iya, Bu. Eh, tapi, tadi kan kita sudah bayar tiket Suroboyo Bus. Tiket yang berlaku selama dua jam itu bisa kita tunjukkan ke petugas (kenek) WiraWiri nanti, dan kita tidak perlu bayar lagi,' jelasnya.

Wow. Seru sekali.

Dulu, tahun 1991 sampai 1994, terminal Joyoboyo sangat kuakrabi. Masa aku di sekolah menengah pertama. Pernah juga aku bolos sekolah dan hanya bengong menghabiskan waktu di sini sampai jam pulang dan aku melanjutkan naik angkot sampai ke rumah.

Di dalam mobil, ada layar sentuh untuk menempelkan kartu uang elektronik


Sejak kenal Suroboyo Bus, aku pun penasaran dengan WiraWiri yang sering disebut warga Surabaya. Kali ini rasa ingin tahuku cukup terpenuhi.

WiraWiri yang berwujud minibus ini adalah alternatif hemat bagi penumpang yang dari Purabaya hendak ke arah Surabaya barat.

Bulan Mei lalu, untuk menjangkau area Surabaya barat aku berganti dari Suroboyo Bus, turun di sekitar Raya Darmo, ke Trans Semanggi.

Ya memang, Trans Semanggi nantinya akan ke Surabaya barat, tapi aku harus ikut ke Surabaya timur dulu, di halte Kejawan Putih Tambak, sebelum melanjutkan perjalanan ke Surabaya barat.

Sudah dapat tempat duduk nyaman, sebelum melaju, kupotret armada sebelah yang menunggu giliran berikutnya


Dengan WiraWiri, kita bisa langsung ke Surabaya barat. Sesuai wujudnya yang minibus, aku mengibaratkan mobil ini dengan angkot di masa lalu. Kalau dulu, angkot dimiliki sopir perorangan, ada lyn T, G, E, dst. Aku tidak tahu apakah WiraWiri ini ada jurusan lain selain rute Joyoboyo sampai wilayah barat.

Ada lagi bedanya angkot lama dengan feeder ini. Angkot lama pintunya cenderung dibuka selama perjalanan, dengan dijaga kenek yang duduk di dekat pintu. Lalu, kadang, kapasitas mobil sudah penuh pun, masih dijejali dengan satu penumpang lagi yang sudah disediakan sebuah dingklik kecil di tengah mobil (di celah antara dua kursi panjang penumpang yang berhadapan).

Nah, kalau di WiraWiri yang dikelola Pemkot Surabaya ini, tidak bakal penumpangnya berdesakan. Ada AC pula yang bikin nyaman selama perjalanan di jalanan kota yang panas.

Soal tarif juga, aku pernah dengar penumpang lansia tidak diminta bayaran alias gratis. Entahlah, aku belum mencari tahu lebih jauh. Suroboyo Bus dan Trans Semanggi setahuku juga begitu. Kapan-kapan deh, cari infonya.

Di halte Unesa kampus Lidah, aku berpisah dengan WiraWiri. Selanjutnya, mau ke mana? Terserah :) mau ke mana saja, dan melanjutkan naik apa. Bisa GoRide, atau GoCar, atau kendaraan pribadi.

Aku pesan GoRide saja, lebih hemat. Tujuanku berikutnya adalah kabupaten sebelah barat kota Surabaya.

Melepas rindu dengan ibu tercinta.


Comments