Suasana ruang baca yang bikin kangen |
Aku masih punya pinjaman 3 buku dari Perpustakaan Kota Madiun. Cinta Tak Ada Mati (Eka Kurniawan), Siapa Punya Kuali Panjang? (Drs. Suyadi alias Pak Raden (Pak Raden-nya Si Unyil)), dan Terdampar di Pulau Candu (Djokolelono)
Kartu anggota |
Ketiga buku itu kupinjam pada bulan Januari 2020. Sebenarnya masa pinjam hanya seminggu. Tapi kebiasaanku sejak jadi anggota beberapa tahun sebelumnya, buku-buku dari Perpustakaan Madiun kubawa ke Surabaya, dan baru kukembalikan kalau aku mudik, beberapa bulan kemudian π
Pihak Perpustakaan tidak pernah mengenakan denda, dengan alasan uang denda harus dipertanggungjawabkan jika ada audit dari BPK (eh BPK benar, ya? Aku lupa π), sementara mereka belum merancang peruntukan uang denda jika itu diberlakukan bagi peminjam yang telat mengembalikan buku
Pernah, suatu ketika, untuk menebus rasa bersalahku karena keterlambatan pengembalian, aku menyumbangkan beberapa buku (sumbangan yang jumlahnya tidak seberapa dibanding seluruh koleksi perpustakaan yang ada). Sayangnya, tidak setiap keterlambatan kukompensasi dengan sumbangan π
I miss you, Perpus AE π |
Gedung Perpustakaan Kota Madiun ini duluuu sekali adalah eks gedung SMAN 3 Madiun, tempat sekolah Bapak dan Ibu. Sebenarnya aku lebih senang ke sana sendiri, tapi kadang Bapak ingin ikut dan bilangnya 'ayo takkancani' π padahal aku tahu Bapak hanya ingin bernostalgia mengenang masa muda..
Saat aku meminjam ketiga buku itu, dulu bayanganku, aku akan mengembalikannya pada kunjungan berikutnya, sekitar Ramadan 1441 (2020). Tapi tanpa bisa diduga oleh siapapun, gelombang pandemi Covid-19 menyapu seluruh dunia, diikuti berbagai kebijakan termasuk protokol kesehatan dan travel ban. Lalu aku merasa sangat bersalah karena tidak tahu kapan bisa mudik dan mengembalikan buku-buku itu π
Buku-buku itu semua ada di iPusnas (I'm already a member since March 2020), tapi aku masih ingin berkunjung ke Perpustakan Madiun. Allah, aku ingin segera mengembalikan buku-buku itu π€²π»
Penting: tulisan semacam ini biasanya cukup kutulis di agenda pribadi. Tapi mungkin tidak ada salahnya kupasang di sini sebagai doa dan pengingat untuk berusaha secepatnya menunaikan kewajiban sebagai peminjam buku
Jadi gimana mbak nasibnya buku yang dipinjam, apa gak kena denda ya? Wah kalo iya mungkin dendanya banyak banget. heheheh Hayuk atuh mbak dikembaikan bukunya hihihi
ReplyDeleteSampai setahun yg lalu aku ke perpus ini, belum diberlakukan denda, Mbak Musdalifah. Kalau di perpus kota tempat tinggalku, denda buku umum 500 rupiah per hari per buku, kalau buku anak 200 rupiah. Tinggal hitung aja kalau aturan yg sama diberlakukan di perpus yg aku masih punya pinjaman ini π
DeleteLihat foto2 perpusnya jadi kangen perpus kampusku dulu..
ReplyDeleteKampusnya di mana, Mbak Ilsa? π
Deletesemoga cepat bisa kembali berkunjung ke perpustakan Madiun kembali ya mbaaa... jadi ikutam deg2an belum balikin buku haha, kayak ikutan ada yang belum diselesaikan gituuu...
ReplyDeleteAamiin. Makasih Mbak Asti. Tapi Madiun masih zona merah sampai hari ini (25/01/2021) π
DeleteHai mbak Aulia, aku juga suka ke perpus daerah, kalau disini perpus kota Cilegon. Dulu banget beberapa tahun lalu seminggu sekali pasti bolak balik. Sekarang lebih sering baca e-book. Semoga bisa segera dikembalikan ya mba bukunya yang dipinjam. Aamiin
ReplyDeleteMakasih Mbak Aisyah π btw Cilegon masuk prov Banten ya?
DeleteIyaaa betul sekali mba hihi
DeletePerpustakaan Madiun terlihat sangat nyaman yaa, aku suka lupa waktu banget kalau sudah berkunjung dan menulis di Perpus rasanya waktu kok ya cepat banget gitu.
ReplyDeleteBetul banget, Mbak. Perpus yg nyaman bikin betah sampai gak terasa sudah berjam2 di dalamnya. Saking betahnya sampai lupa makan, kalau aku
DeleteWalaupun masih kangen perpustakaan Madiun, untungnya ada iPusnas yang lumayan membantu mengurangi rasa sedih karena nggak bisa sering-sering ke perpustakaan Madiun lagi ya Mbak... perpusnya juga terlihat nyaman untuk para pengunjungnya hihi
ReplyDeleteMemang nyaman tempatnya, Ibel. Petugasnya juga ramah2 melayani pengunjung π
Deletembaaaak, hehehehehe ... jadi kangen perpus kan kalau gini. sayangnya di tempat saya, perpusda paling dekat minimal 2,5 jam perjalanan. hmmm ... jadi paling cuma bisa melipir ke ipusnas deh
ReplyDeleteWah jauh banget, Bening π² untunglah perpustakaan digital menjawab kebutuhan kita ya
DeleteAku belum pernah ke perpus daerah gitu sih, palingan ke perpus kampus, karena emang kebutuhan untuk menunjang penelitian saat itu, hehe. Tapi ini suasana perpusnya kayaknya nyaman banget ya mbak.
ReplyDeleteIya nyaman. Kalaupun kita pinjam buku secara digital, perpus ini sangat nyaman sbg tempat belajar π
DeleteWah aku suka perpustakaanya.. kelihatannya adem ayem gitu ya mbak. Bangunannya juga masih bangunan lama yang menjaga nilai budaya sekitar juga.. Suka dengan konsepnya juga..
ReplyDeleteJujur aku sewaktu kecil dulu tidak suka dengan perpustakaan, mikirnya sewaktu SD kayak tempat yang boring banget..penuh dengan buku, capek baca buku mulu haha. Eh tapi sekarang aku suka banget dengan suasana perpustakaan yang hening dan sepi untuk membaca buku-buku dan belajar.. bisa berjam-jam menghabiskan waktu di perpus hehe
Perpus memang asyik, sekarang di mana2 perpus berusaha meningkatkan layanan biar pengunjung makin nyaman π
DeletePandemi memang bikin pergerakan makin terbatas, termasuk mengunjungi perpus. Padahal seru ya duduk-duduk santai sambil baca di perpus. Kayanya adem itu ya di perpustakaan daerahnya. Jadi kangen perpus daerah kuu
ReplyDeleteIya Ori, seru banget ke perpus itu. Baru masuk gedungnya aja, imajinasi kita bisa ke mana2 π bayangin adegan di film The Book Thief, National Treasure, Beauty and The Beast, dll)
DeleteUdah lama ga ke perpustakaan, jadi kangen loh pengen ke perpustakaan lagi. Bukunya ga dikirimkan aja mba pake jne? hehehe
ReplyDeleteMakasih sarannya Mbak Rahma, pernah kepikir gitu sih dipaketin, tapi khawatirnya nanti saya tetap ditagih π soalnya dulu pernah balikin buku langsung ke petugas, eh berapa bulan kemudian saya ditagih. Tapi sudah beres sih masalahnya. Mungkin karena sering telat dan saya peminjam luar kota hehe
DeletePerpus Madiun? Waduh, apik ya... Bikin betah. Pulang dari perpus kalau mau andok pecel 99, jauh gak ya? Jauh, ya, kayaknya? Yo, wis ra sida ngajak andok nek ngono. Hahaha.. ππ
ReplyDeleteDekat, Bu Yuniar. Pecel 99 di jalan Cokroaminoto kan π saya suka jalan2 ke kota Madiun, jalan kaki, trotoarnya ramah pejalan kaki. Apalagi sekarang dibikin kayak Jogja gitu.. ayuk Bu, jalan2 ke kota AE
DeleteAku juga sudah lama mbak ke perpuskab, rasanya masih ada buku yang belum dikembalikan huhu..semoga pandemi segera berlalu..
ReplyDeleteNah tuh π ayuk kembalikan Dew
DeletePerpustakaannya kayaknya nyaman sekali, kayaknya aku bakalan betah kalau kesitu...^^
ReplyDeleteIya Mbak, nyaman, teduh, bersih π
DeleteWah, salam dari Lombok mbak, saya sedang menulis di duniakuliahnusantara.blogspot.com, saya harap anda mau menilainya
ReplyDeleteHalo, terima kasih. Nanti saya lihat blogmu ya π
DeleteBtw perpustakaannya nyaman banget ya sampai ada sofa putih kayak gitu?
DeleteAlhamdulillah, melayani pengunjung dgn sebaik2nya, perpustakaan ini π
DeleteJadi inget perpuskot malang. Waktu kuliah kenal klub menulis ya dari perpustakaan...
ReplyDeleteDari masa ke masa, perpustakaan di mana2 semakin nyaman ya.. sayang banget kalau nggak kita manfaatkan untuk nambah ilmu
Delete