Pagi ini jam 07.23 ada notifikasi On This Day dari Facebook, tentang post saya dua tahun yl. Minggu, 25 Oktober 2015. Artikel nonfiksi saya terbit di Kompas Anak. Itu adalah artikel saya yang keenam sekaligus yang terakhir (π’) di Kompas Anak.
Sumber: Layout Kompas Anak, fanpage Kompas Anak di Facebook |
Saya menulis artikel itu karena tertarik dengan sistem pembayaran nontunai untuk mengurangi penggunaan uang tunai yang dicanangkan oleh pemerintah. Dari mana idenya? Dari banyak membaca artikel bertopik gerakan nasional nontunai (GNNT) di koran, juga setelah main ke Perpustakaan Bank Indonesia di Jalan Taman Mayangkara, Surabaya π.
Saya pikir ini informasi yang penting juga diketahui oleh anak-anak, sebagai kalangan pembaca yang jadi sasaran saya.
GNNT dicanangkan pada 14 Agustus 2014. Artikel saya dimuat di Kompas setahun kemudian. Dan sampai hari ini, sebagian masyarakat kita masih gagap dengan penggunaan e-money untuk membayar di loket jalan tol, terlepas dari kekurangan pemerintah dalam manajemennya.
Yuk, baca artikel saya. Meski sudah dua tahun lewat, isinya masih relevan untuk kondisi sekarang. Bisa dipakai untuk menyampaikan pengetahuan umum kepada anak-anak tentang manfaat sistem transaksi nontunai π.
Oh ya, antara tulisan saya dan setelah diterbitkan, ada sedikit perbedaan karena penyuntingan editor. Tidak mengubah isi secara keseluruhan. Selamat membaca!
*
Pilih
Tunai atau Nontunai?
Oleh Maharani Aulia
Apa yang kamu ketahui tentang pembayaran secara tunai
dan nontunai? Mungkin, kamu akan menyebutkan contoh membeli siomay keliling
dengan uang tunai dan belanja secara online
dan membayarnya lewat transfer antarbank.
Ya. Membayar secara tunai berarti kita menggunakan
uang kartal (uang kertas dan logam) yang kita lihat sejak pertama kali mengenal
uang, sedangkan nontunai artinya tidak menggunakan uang secara fisik dan
melibatkan bank untuk mengolah transaksi.
Mungkin kamu juga pernah mendengar sekilas obrolan
orang dewasa tentang transaksi tunai dan nontunai. Ada yang berpendapat
membayar tunai lebih baik dibanding nontunai, atau sebaliknya. Lalu sebagai
anak-anak, apa yang perlu kita ketahui tentang hal ini?
Membayar tunai lebih praktis
Kamu mendapatkan uang saku dari orang tua. Sebagian
dari uang itu kamu pakai untuk jajan, membeli alat tulis, dan sebagian lagi
ditabung di celengan. Membayar belanjaan di toko kecil tentu kita menggunakan
uang tunai, karena tidak semua pemilik toko berhubungan dengan bank dan ia
tidak punya mesin EDC (electronic data
capture) seperti yang biasa kita lihat di minimarket untuk menggesekkan
kartu. Terasa lebih praktis, bukan?
Tanpa uang tunai
Pada tanggal 14 Agustus 2014, pemerintah kita melalui
Bank Indonesia (BI) mencanangkan gerakan nasional nontunai (GNNT). Dari waktu
ke waktu, diharapkan masyarakat kita semakin sadar pentingnya mengurangi
penggunaan uang kartal (uang kertas dan logam) dalam transaksi sehari-hari.
Menurut BI, kemajuan suatu negara salah satunya ditandai dengan semakin sedikit
penggunaan uang tunai. Karena, banyak transaksi dengan uang tunai tidak
tercatat di komputer yang terhubung dengan data bank, sehingga kegiatan ekonomi
yang menyumbang kemajuan bagi pembangunan negeri tidak diketahui dengan pasti.
Apa saja bentuk transaksi nontunai yang ada di sekitar
kita?
1.
Transfer
antarbank. Misalnya untuk membayar uang sekolah, rekening air, listrik, dan
telepon, membayar gaji karyawan, dan menyumbang korban bencana alam.
2.
Kartu
kredit dan kartu debit. Lazimnya, yang menggunakan kartu kredit untuk
berbelanja adalah orang dewasa yang sudah bekerja. Sedangkan anak-anak seperti
kita, jika kita mempunyai rekening tabungan yang dikhususkan bagi anak, kita
bisa mendapatkan kartu ATM yang biasanya berfungsi sebagai kartu debit juga.
3.
Uang
elektronik. Kita bisa mengajukan permintaan uang elektronik kepada bank atau toko
yang bekerja sama dengan bank. Kita membayar sejumlah uang yang menjadi nilai
kartu itu dan nantinya, uang elektronik itu kita gunakan untuk belanja.
Manfaat transaksi nontunai
Bukan berarti menghapus uang tunai, tetapi mengurangi
penggunaannya. Banyak manfaat yang kita dapatkan dengan lebih banyak transaksi
nontunai. Di antaranya:
1.
Praktis
dan higienis. Kita tidak perlu kerepotan membawa uang tunai dalam jumlah besar.
Uang kertas juga tidak mudah rusak.
2.
Mencegah
tindak kejahatan. Semakin sedikit uang dicetak, penjahat kehilangan kesempatan
untuk membuat uang palsu dn kejahatan perbankan lainnya. Setiap transaksi yang
tercatat dalam komputer terhubung dengan bank, sehingga mudah melacak
keberadaan uang.
3.
Penghematan
uang negara dan kemajuan pembangunan. Mencetak uang membutuhkan biaya tinggi. Dengan
mengurangi biaya cetak uang, pembangunan di negara kita bisa lebih maju.
4.
Semakin
banyak orang yang terhubung dengan bank atau lembaga keuangan akan menciptakan masyarakat
yang maju.
Kita dapat mendukung upaya pemerintah untuk membuat
negara lebih maju, dengan mulai mengurangi penggunaan uang tunai. Kalian
setuju, bukan?
Maharani
Aulia
Penulis lepas, tinggal di Surabaya
Aku masih butuh non tunai, buat beli es degan pinggir jalan π
ReplyDeleteSamaaa, Mbak Eni π buat beli ote2 dan bakso juga
Delete